-19/07/2017-
Rengekan alarm jam beker disamping tempat tidurku seketika mengejutkanku. Seperti biasa, jam setengah lima pagi selalu menjadi awal bagiku untuk menuliskan cerita hingga mata terpejam bila rasa kantuk tiba lalu dilanjutkan pada hari esoknya. Yap, cerita tentang kisah hidup manusia di dunia fana sampai datangnya cerita yang mengakhiri cerita, yang disebut kematian.
Hari ini adalah hari rabu, itu berarti hari pertama masuk kelas dan perkenalan beberapa guru termasuk wali kelas. Jam dinding sudah menunjukan pukul 6.15, itu tandanya aku harus segera berangkat. Sebelum itu, aku harus mengeluarkan serta memanas motorku terlebih dahulu. Bukan hanya itu, aku perlu membukakan pintu yang digembok diluar rumah. Udara pagi hari ini tidak seperti biasanya, mungkin karena semalam hujan dan bulan juli adalah musim kemarau, hujan di musim kemarau memang jarang terjadi.
Suasananya yang sejuk yang lama tak terasa kini aku bisa merasakannya kembali. Tampak jelas air yang meggenang di dedaunanan yang kadang butirannya jatuh menerpa tanah. Sorotan fajar tampak mengisi celah-celah dedaunan pohon jambu yang masih berselimuti kabut tipis. Beserta dengan ratusan kapas-kapas halus raksasa yang bertebararan menghiasi luasnya cakrawala.
Aku berangkat pada pukul 6.35, biasanya jarak dari rumah ke sekolah dapat ditempuh dalam 15 menit. Tampak beberapa orang berdiri di pinggir jalan untuk menunggu angkutan umum. Ada juga yang memakai kendaraan pribadi mereka. Fenomena urbanisasi memang melekat pada setiap orang terutama bagi mereka yang bekerja atau mencari pekerjaan. Tak jarang fenomena tersebut menyebabkan masalah seperti halnya kemacetan.
Jalan terasa sesak oleh lautan manusia yang tidak beraturan saling menyalip dan saling membunyikan klakson. Aku terjebak macet di bundaran hypermart padahal jam sudah menunjukan pukul 06.53, berarti ada 7 menit yang tersisa sebelum gerbang ditutup. Terlihat beberapa pengendara motor lain terbirit-birit karena takut terlambat ada juga yang sekaligus membunyikan klakson mereka supaya pengendara didepannya mempersilahkan dia lewat. Pengendara motor tersebut seperti dirasuki supir ambulan yang sedang mengangkut korban kritis. Mungkin hal in bisa disebut dengan “The Power of Kepepet”.
Jam menunjukukan pukul 06.58, bisa dikatakan tepat waktu. Tampak banyak murid sekolahku yang silih berhamburan kesana kemari mencari kelasnya, ada yang sibuk dengan dirinya sendiri ada juga yang mencari kelas bersama teman-temannya. Sementara aku biasa saja wong nanti juga ketemu atau akan ada teman yang mengabariku dimana letak kelasku sekarang.
Tak terasa sekarang aku menginjak kelas 12, tingkatan murid SMA paling tinggi karena sudah tidak adalagi kakak kelas. Kelasku sekarang tetap sama seperti kelas 11 kemarin, yaitu kelas XI-MIA.6 yang kini menjadi kelas XII-MIA.6, bersama kembali dengan orang-orang yang sama namun dengan Wali kelas yang berbeda hingga kelulusan SMA di tahun depan.
Pada hari selasa 18 Juli 2017, ada yang memberi tahu bahwa wali kelasku nanti yaitu Ibu Badriah atau sering dipanggil dengan Miss. B, guru mata pelajaran B. Inggris, yang aku tahu Miss. B adalah Juara Guru Berprestasi yang sempat diundang ke salah satu acara televisi swasta yang otomatis mengharumkan namanya serta sekolahku, tentu akan hal itu menjadi momen tersendiri bagiku karena kelasku diwalikelasi oleh guru berprestasi nasional. Pada saat itu aku menonton acara tersebut di televisi, yang membuat aku takjub adalah cara ia mengajar berbeda yang tentu akan membawa kesan dan pengaruh positif dari murid-murid.
Pada jam 10.00, yang aku nantikan akhirnya tiba, momen untuk pertama kalinya melihat wali kelas berbicara didepan terlebih aku duduk diposisi paling depan berhadapan dengan Miss. B. Karena ini adalah pertemuan pertama dengan walikelas maka yang menjadi pembahasan adalah tentang kelas. Sebelumnya, ia berbicara tentang buku-buku yang sedang ia baca ia juga merekomendasikan beberapa buku yang bagus.
Ada hal yang menarik serta aneh, ia menjalaskan tentang bagaimana cara menjadi orang nomor satu dan orang terhebat. Aku sempat berpikir mungkin untuk menjadi orang nomor satu saja sudah terasa berat apalagi orang terhebat. Namun ia menjelaskan cukup dengan menjadi berbeda kita sudah bisa menjadi orang nomor satu bahkan orang terhebat. Aku masih mencerna kata-kata “menjadi orang berbeda” kemungkinan teman kelasku begitu, kemudian ia melanjutkan bahwa yang ia lakukan adalah membaca setiap buku-buku bahkan dirumahnya banyak rak-rak buku dalam berbagai bahasa.
Ia berkata bahwa yang membedakan guru lain dengan Miss. B adalah ia selalu membaca buku oleh karena itu ia menjadi guru berprestasi se-Indonesia. Cukup dengan menjadi berbeda dibanding dengan orang lain bisa menjadi yang terhebat. Mungkin akan hal itu proses KBM dengannya menjadi hal yang menyenangkan menurut murid-murid yang pernah diajari olehnya. Serrta dengan beberapa program dalam KBM seperti menulis HappyLog dengan cara itu kreativitas murid-murid bisa dikembangkan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Ternyata dengan berinovasi dapat membawa dampak positif bagi semua orang , mungkin hal itu juga yang membuat berbeda dari orang lain sehingga menjadi yang terhebat cukup dengan berinovasi.
Pembahasan yang selanjutnya adalah program. Ia mencanangkan beberapa program seperti perpustakaan kelas, distribusi aliran listrik dikelas, struktur kelas, membuat grup chat baru serta membuat buku 365 hari bersama Miss. B, ia meminta kami untuk menuliskan pengalaman perhari bersamanya ke dalam buku. Sebagai perwujudan dari program perpustakaan kelas. Ia juga meminta bagi yang memiliki buku-buku dirumah untuk dibawa ke sekolah serta disimpan di atas rak untuk dibaca oleh murid-murid kelas. Hal yang menarik bagiku karena akan ada buku-buku baru yang menarik untuk dibaca seperti halnya novel.
Sekitar jam 11.00, ia menutup pertemuan pertama kelasku dengannya. Di esok hari pun aku akan bertemu dengannya lagi karena adanya program literasi 30 menit sebelum jam pertama KBM dimulai. Yaitu pada jam 6.45. itu tandanya aku harus berangkat lebih pagi lagi dengan memaksimalkan waktu dari bangun pagi sampai berangkat sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar