Selasa, 25 Juli 2017




-20/07/2017-

     Hujan deras malam hari membuat udara shubuh ini menusuk tubuh mungkin tubuh ini kaget karena hari-hari sebelumnya tidak hujan, namun akhir-akhir ini hujan turun dengan deras. Terlihat jalan raya pagi hari ini basah dan sesekali ban motor kehilangan daya cengkramnya. Karena hari ini adalah hari pertama diterapkannya masuk sekolah pada jam 06.45, aku perlu beradaptasi dengan pembaruan jadwal di pagi hari.

     Aku berangkat pada jam 07.30 berarti ada waktu sekitar 15 menit agar datang tepat waktu. Tidak ada jalan lain selain mengendarai motor dengan cepat. Istilah “The Power of Kepepet” membuat diriku seperti seorang pembalap di sirkuit yang sering ku sebut dengan “Sport Plus Mode” dengan kondisi jalan basah. Tentu aku berhati-hati dalam berkendara, namun biasanya mengendarai kendaraan dengan cepat dapat memperjauh jarak pengereman. Apalagi semalam hujan dan jalanan tampak basah.

     Aku harus berusaha dalam konsdisi jalan basah agar ban tidak kehilangan traksinya dengan cara berhati-hati dalam berakselerasi. Momen disaat akselerasi dan deselerasi adalh momen yang paling menyenangkan. Bagiku suara raungan mesin mengalun seperti melodi merdu yang kemudian menggema ditelinga. Mungkin itu sebabnya bagi sebagian pecinta otomotif suara mesin menjadi suatu momen tersendiri.

     Lagi lagi aku tepat waktu, beberapa menit kemudian Miss B masuk ke kelas lalu membagikan selembar cerpen yang berjudul “Pembawa Mayat”. ketika pertama kali membaca judul cerpen tersebut aku sempat berasumsi bahwa genre dari novel tersebut adalah horror. Ketika aku membaca paragraf pertama cerpen tersebut dapat dipastikan isinya tentang kehidupan, cinta, dan kematian. Kami membacanya dalam hati sementara Miss B membacanya menggunakan bahasa inggris. Metode bertujuan agar siswa mendapatkan kosa kata baru juga siswa dapat mengetahu terjemahan perkata dalam bahasa inggris.

    Cerpen ini bercerita tentang seorang suami yang tetap mendiamkan mendiang istrinya yang sudah dua hari terbujur kaku. Sementara orang lain yang didalam rumahnya terus berdoa. Namun sang suami tidak percaya akan doa karena menurutnya doa adalah suatu yang gaib. Bahkan ia tidak menangis seperti orang lain yang kehilangan orang yang paling disayanginya. Hal ini menejelaskan bahwa kematian tidak membuat cintanya ikut mati.

     Suara bel pertanda jam literasi sudah berakhir memberhentikan suasana kelas yang sedang fokus menyimak Miss B ketika menjelaskan hubungan doa dengan kematian yang ada dalam cerpen tersebut. Hanya beberapa orang saja yang melanjutkan membaca cerpen ini luar jam literasi, aku pun termasuk dari beberapa orang tesebut. Ketika ada waktu, aku sempat melanjutkannya hingga paragraf terakhir.

     Paragraf selanjutnya menjelaskan bahwa sang suami yang sebelumnya tidak menangis namun kini ia menangis. Setiap penganut agama atau kepercayaan pasti percaya bahwa hidup setelah kematian itu ada. Sang suami berpikir bahwa dikehidupan selanjutnya, istrinya menikah dengan orang lain atau bahkan parasnya lebih cantik dibanding ketika ia hidup bersama genggamannya, disaat itu ia pun menangis.

     Ia tak ingin menguburkan jenazah istrinya karena tak ingin maut memisahkan  raganya. Di penghujung cerita, sang suami nekat bunuh diri dengan cara terjun dari jembatan bersama istrinya. Karena ia yakin bahwa di kehidupan lain ia dan istrinya akan dipertemukan kembali, lalu hidup bersama hingga tak akan ada kematian yang memisahkannya lagi.

     Hingga saat ini aku cukup mengerti dengan apa itu cinta, cinta itu anugerah, cinta dapat membuat apa yang tidak bisa menjadi bisa, membuat apa yang tidak suka menjadi suka, bahkan bisa membuat orang yang merasakn cinta bertingkah bodoh, cinta adalah kasih sayang, dan kasih sayang dapat dibuktikan dengan rasa takut akan kehilangan. Tidak ada salahnya dalam hal mencintai, namun problematika dalam kasus cinta ialah cara penyampaiannya, apakah yang kita lakukan karena cinta itu benar atau salah dihadapan Tuhan. Bila cinta menjauhkan kita dari-Nya barangkali itu bukan cinta, itu hanyalah nafsu yang baluti oleh egoisme manusia.

2 komentar:

  1. Refleksi yang inspiratif.
    Well done

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih miss hehe, gian juga baca-baca referensi dari tulisan yang miss buat, makasih ya miss berkat tulisan-tulisan keren yang miss buat hehe

      Hapus